Friedrich Nietzsche: Mengapa Ia Disebut Filsuf Paling Berbahaya di Abad ke-19?

Friedrich Nietzsche
Sumber :
  • Image Creator/Handoko

Jakarta, WISATA - Friedrich Nietzsche, filsuf Jerman yang dikenal dengan gagasan-gagasannya yang radikal, sering dijuluki sebagai "filsuf paling berbahaya di abad ke-19." Julukan ini bukan tanpa alasan. Dengan pernyataan kontroversial seperti "Tuhan telah mati" dan konsep revolusionernya tentang moralitas, nihilisme, dan Übermensch, Nietzsche tidak hanya mengguncang tradisi filsafat Barat, tetapi juga memengaruhi perkembangan pemikiran modern. Apa yang membuatnya begitu kontroversial, dan mengapa banyak yang menganggapnya sebagai ancaman terhadap tatanan moral dan agama tradisional?

Pemikiran Radikal Nietzsche

Nietzsche menolak ide-ide moralitas tradisional yang menurutnya lemah dan membatasi potensi manusia. Dalam bukunya The Genealogy of Morals, ia mengkritik moralitas Kristen sebagai bentuk "moralitas budak" yang diciptakan oleh mereka yang merasa lemah untuk menekan individu kuat. Sebagai gantinya, ia mendorong manusia untuk mengadopsi "moralitas tuan" yang berbasis pada keberanian, kekuatan, dan penciptaan nilai-nilai baru.

Lebih lanjut, gagasan Nietzsche tentang nihilisme menjadi pusat kontroversi. Ia menggambarkan nihilisme sebagai krisis moral di mana semua nilai-nilai tradisional kehilangan maknanya. Dalam pandangannya, hilangnya keyakinan pada Tuhan adalah penyebab utama dari krisis ini. Namun, Nietzsche tidak melihat nihilisme sebagai akhir, melainkan peluang untuk membangun tatanan nilai baru.

Ancaman terhadap Tatanan Tradisional

Pandangan Nietzsche dianggap berbahaya karena menyerang dasar-dasar agama dan moralitas yang telah menjadi fondasi masyarakat selama berabad-abad. Gagasan "kematian Tuhan," misalnya, dianggap sebagai serangan langsung terhadap agama Kristen dan keyakinan spiritual lainnya. Nietzsche tidak hanya menantang keberadaan Tuhan, tetapi juga mendesak manusia untuk hidup tanpa menggantungkan diri pada entitas ilahi.

Bagi para pengikut agama, pandangan ini tidak hanya menggoyahkan iman, tetapi juga memicu ketakutan akan kekacauan moral. Tanpa panduan moral tradisional, banyak yang khawatir bahwa manusia akan terjebak dalam egoisme, anarki, atau bahkan tirani.