Eudaimonia: Mengungkap Formula Kebahagiaan Sejati Menurut Aristoteles
- Handoko/Istimewa
Bagaimana Kebajikan Berperan dalam Mencapai Eudaimonia
Dalam rangka mencapai Eudaimonia, Aristoteles menekankan pentingnya kebajikan (virtue). Bagi Aristoteles, kebajikan bukan hanya tentang bertindak secara baik secara moral, tetapi juga tentang kebiasaan bertindak benar yang sudah mendarah daging dalam diri seseorang.
Aristoteles membagi kebajikan ke dalam dua kategori:
- Kebajikan Moral: Kebajikan moral mencakup perilaku yang menggambarkan keberanian, kedermawanan, keadilan, dan kesederhanaan. Dalam pandangan Aristoteles, seseorang yang ingin mencapai Eudaimonia harus hidup dengan prinsip jalan tengah (the golden mean), yakni menghindari perilaku ekstrem dan menemukan keseimbangan dalam bertindak. Misalnya, keberanian adalah kebajikan moral yang harus seimbang antara pengecut dan terlalu berani tanpa pertimbangan.
- Kebajikan Intelektual: Kebajikan intelektual berhubungan dengan kemampuan berpikir, logika, dan kebijaksanaan. Aristoteles berpendapat bahwa manusia adalah makhluk yang rasional, sehingga penggunaan nalar dan pengetahuan memainkan peran penting dalam mencapai Eudaimonia. Kebajikan intelektual berkembang melalui pendidikan dan pengalaman, serta melibatkan kemampuan untuk membuat keputusan bijaksana.
Bagi Aristoteles, kebajikan ini tidak datang secara alami. Manusia harus melatih kebajikan ini dalam kehidupan sehari-hari dan menjadikannya sebagai bagian dari karakter diri. Oleh karena itu, pencapaian kebahagiaan sejati membutuhkan usaha yang berkelanjutan, baik secara moral maupun intelektual.
Peran Masyarakat dalam Mencapai Eudaimonia
Dalam pemikiran Aristoteles, kebahagiaan sejati juga tidak bisa dicapai secara individualistis. Manusia, menurutnya, adalah makhluk sosial yang secara alami hidup dalam masyarakat. Hubungan sosial yang sehat dan produktif sangat penting untuk mencapai Eudaimonia.