Mengapa Aristoteles Percaya Kebahagiaan Bukan Tujuan, tetapi Perjalanan: Fakta di Balik Eudaimonia

Aristoteles di Tengah Murid-muridnya (ilustrasi)
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Aristoteles juga menyadari bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat mencapai kebahagiaan sendirian. Dalam pandangannya, hubungan sosial yang sehat dan bermakna adalah elemen penting dari kehidupan yang baik. Ia menekankan bahwa kita tidak hanya harus memikirkan diri sendiri, tetapi juga harus berkontribusi kepada masyarakat dan menjalin hubungan yang baik dengan orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, ini bisa diterapkan dengan menjalin persahabatan yang bermakna, membangun hubungan yang harmonis, dan berpartisipasi dalam komunitas. Aristoteles percaya bahwa melalui hubungan sosial yang positif, kita dapat mencapai kebahagiaan yang lebih mendalam dan bermakna.

Peran Pendidikan dalam Mencapai Eudaimonia

Pendidikan memiliki peran penting dalam teori kebahagiaan Aristoteles. Ia percaya bahwa pendidikan moral sangat penting untuk membantu seseorang mengembangkan kebajikan dan mencapai Eudaimonia. Dengan pendidikan yang baik, seseorang dapat belajar membedakan antara benar dan salah, serta mengembangkan kemampuan untuk membuat keputusan yang bijaksana.

Menurut Aristoteles, pendidikan moral harus dimulai sejak dini dan terus berlanjut sepanjang hidup. Ini karena pengembangan kebajikan tidak bisa terjadi secara instan, tetapi harus melalui proses pembelajaran dan latihan yang berkelanjutan. Dengan demikian, pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapai kebahagiaan sejati.

Relevansi Teori Aristoteles di Dunia Modern

Meskipun teori Eudaimonia dari Aristoteles sudah berusia lebih dari dua ribu tahun, gagasan ini tetap sangat relevan di dunia modern. Di tengah kehidupan yang sering kali penuh tekanan, persaingan, dan pencarian kesenangan sementara, kita sering kali lupa bahwa kebahagiaan sejati tidak dapat ditemukan melalui kesuksesan materi atau pencapaian eksternal semata.