Penakluk Yang Tak Terkalahkan: Sultan Mehmed II dan Jatuhnya Konstantinopel

Konstantinopel
Sumber :
  • Image Creator Bing/Handoko

Jakarta, WISATA - Sultan Mehmed II, yang dikenal sebagai "Sang Penakluk," adalah salah satu tokoh paling legendaris dalam sejarah Islam dan dunia. Pada usia 21 tahun, ia berhasil menaklukkan Konstantinopel, ibu kota Kekaisaran Bizantium yang telah berdiri selama lebih dari 1.000 tahun. Penaklukan ini tidak hanya mengubah peta politik dunia, tetapi juga membawa Sultan Mehmed II ke dalam sejarah sebagai pemimpin militer yang brilian dan visioner.

Sultan Mehmed II: Pemimpin yang Lahir untuk Menaklukkan

Mehmed II lahir pada 30 Maret 1432 di Edirne, ibu kota Kekhalifahan Ottoman pada saat itu. Ia dikenal sejak kecil memiliki kecerdasan dan ambisi besar untuk memperluas wilayah kekhalifahan. Ketika naik tahta pada usia 19 tahun, Mehmed II segera memfokuskan perhatiannya pada tujuan yang telah lama diimpikan oleh para pendahulunya: menaklukkan Konstantinopel.

Mehmed yakin bahwa menaklukkan Konstantinopel bukan hanya langkah strategis, tetapi juga simbolis. Kota ini, dengan sejarah panjangnya sebagai pusat Kekristenan Timur, dianggap sebagai hambatan terakhir bagi dominasi Ottoman di Eropa. Mehmed menyusun strategi militer yang luar biasa matang, dengan memanfaatkan teknologi terbaru pada masanya.

Strategi Militer Mehmed II: Mengalahkan Kota yang Tak Tertembus

Penaklukan Konstantinopel tidaklah mudah. Kota ini dilindungi oleh benteng-benteng yang sangat tebal, dikenal sebagai Tembok Theodosius, yang telah bertahan dari berbagai serangan selama berabad-abad. Namun, Mehmed II memiliki senjata rahasia: meriam raksasa. Meriam ini, yang dibangun oleh insinyur Hungaria bernama Urban, mampu menembus tembok tebal Konstantinopel, sebuah pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Mehmed juga menggunakan strategi pengepungan yang brilian. Selain serangan darat yang masif, ia juga memerintahkan armada laut Ottoman untuk mengepung Konstantinopel dari Laut Marmara. Pasukan Ottoman bahkan berhasil menarik kapal-kapal mereka melewati daratan menuju Teluk Tanduk Emas untuk menghindari rantai raksasa yang dipasang Bizantium di perairan tersebut. Taktik ini membuktikan kecerdasan dan determinasi Sultan Mehmed II.