Menguak Strategi Taktis Alexander di Gaugamela: Kemenangan di Tengah Kekalahan Jumlah

Alexander Agung di Tengah Pasukan
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Malang, WISATA - Alexander Agung, salah satu penakluk terbesar dalam sejarah, menunjukkan kejeniusannya di medan perang dalam pertempuran yang monumental—Gaugamela, yang terjadi pada tahun 331 SM. Di bawah pimpinan Darius III, Kekaisaran Persia menghadirkan pasukan yang jauh lebih besar dibandingkan pasukan Makedonia yang dipimpin Alexander. Namun, meskipun berada dalam posisi kekalahan jumlah, Alexander mampu meraih kemenangan telak. Apa yang membuat strategi taktis Alexander begitu efektif di Gaugamela? Artikel ini akan membedah langkah-langkah kunci yang diambil oleh sang raja muda yang berhasil mengubah jalannya sejarah.

Konteks Pertempuran Gaugamela

Pada saat pertempuran ini terjadi, Alexander telah menaklukkan sejumlah wilayah yang sebelumnya dikuasai Persia. Namun, kemenangan di Gaugamela menjadi penentu dalam perjalanan karier militernya. Pertempuran ini berlangsung di sebuah tempat yang sekarang berada di wilayah Irak modern. Pasukan Persia, yang dipimpin oleh Darius III, diperkirakan mencapai antara 100.000 hingga 250.000 prajurit, sementara Alexander hanya membawa sekitar 47.000 prajurit Makedonia.

Kondisi ini menjadikan strategi taktik Alexander semakin penting. Dengan perbedaan jumlah yang sangat besar, ia harus mengandalkan kemampuan taktis dan inovatif untuk mengatasi pasukan Persia yang jauh lebih besar. Alexander berhasil menggunakan kombinasi gerakan flanking, pengalihan, dan pengaturan formasi yang cerdas untuk menghancurkan moral dan kekuatan Persia.

Strategi Taktis Alexander di Medan Perang

  1. Manuver Kavaleri Kanan Salah satu taktik brilian Alexander adalah memanfaatkan kavaleri yang dipimpin langsung olehnya. Ia menggunakan kavaleri di sayap kanan untuk menarik perhatian pasukan Persia, yang dipaksa mengejar mereka. Manuver ini membuka celah di tengah pertahanan Persia, yang kemudian dimanfaatkan oleh pasukan Alexander untuk menyerang jantung pertahanan musuh.
  2. Pemanfaatan Formasi Phalanx Formasi phalanx, yang menjadi kekuatan inti pasukan Makedonia, digunakan dengan efektif oleh Alexander untuk menahan gelombang serangan dari infanteri Persia. Para prajurit Makedonia dengan tombak panjang (sarissa) menjaga posisi mereka dengan stabil, sementara Alexander fokus pada serangan kavaleri.
  3. Kereta Perang Persia Gagal Persia sangat mengandalkan kereta perang yang dilengkapi pedang tajam untuk memotong barisan musuh. Namun, Alexander berhasil membalikkan keadaan dengan memerintahkan pasukannya untuk membuka barisan, membiarkan kereta-kereta itu melintas tanpa banyak korban, sebelum kemudian menghancurkan pasukan yang tersisa.
  4. Serangan Langsung ke Darius Puncak dari strategi Alexander adalah serangan langsung yang ia pimpin ke pusat pasukan Persia, di mana Darius III berada. Serangan ini berhasil memecah konsentrasi pasukan Persia dan memaksa Darius melarikan diri. Moral pasukan Persia pun runtuh, yang berujung pada kekalahan total.

Dampak Kemenangan di Gaugamela

Kemenangan ini menjadi titik balik besar dalam karir Alexander. Setelah mengalahkan Darius III, Alexander berhasil menguasai seluruh wilayah Persia, menjadikan dirinya sebagai penguasa Asia. Kekalahan Darius III di Gaugamela juga menandai akhir dari kekaisaran Persia yang telah berdiri selama berabad-abad, serta awal dari ekspansi besar-besaran kekaisaran Alexander.

Pertempuran Gaugamela adalah contoh luar biasa dari kecerdasan militer Alexander Agung. Meskipun kalah dalam jumlah prajurit, Alexander mampu menggunakan taktik brilian untuk meraih kemenangan. Dengan menggunakan formasi dan manuver yang cermat, Alexander memanfaatkan kelemahan lawan dan memenangkan pertempuran yang mengubah jalannya sejarah.