Mengapa Socrates Percaya Bahwa Kebenaran Moral Ada di Setiap Tanya-Jawab?
- Image Creator Bing/Handoko
Jakarta, WISATA - Socrates, filsuf Yunani kuno yang dikenal luas sebagai tokoh besar dalam sejarah filsafat, percaya bahwa kebenaran moral bukanlah sesuatu yang didiktekan, tetapi harus ditemukan melalui proses dialog dan tanya-jawab. Pandangan ini sangat relevan hingga hari ini, terutama dalam dunia yang penuh dengan debat etika dan moral. Socrates meyakini bahwa manusia dapat mencapai kebijaksanaan dan kebenaran moral melalui metode dialektika, yang berfokus pada penyelidikan kritis dan reflektif.
Metode Socratic: Mencari Kebenaran Melalui Dialog
Metode yang digunakan Socrates dalam mencari kebenaran dikenal sebagai metode Socratic, yaitu serangkaian tanya-jawab yang dirancang untuk menguji asumsi dan keyakinan seseorang. Dalam dialog-dialognya, Socrates tidak memberikan jawaban pasti, melainkan terus mendorong lawan bicaranya untuk merenung lebih dalam. Baginya, pencarian kebenaran moral bukanlah tentang siapa yang paling benar, melainkan bagaimana kita dapat mendekati kebenaran melalui pertanyaan-pertanyaan yang bijaksana.
Socrates sering kali menggunakan metode ini untuk menggugat pandangan umum yang dianggap benar oleh masyarakat. Sebagai contoh, dalam dialog Euthyphro, Socrates mempertanyakan definisi kesalehan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan yang memaksa Euthyphro untuk berpikir lebih kritis tentang keyakinannya sendiri. Melalui proses ini, Socrates memperlihatkan bahwa kebenaran moral tidak sesederhana definisi yang dangkal, tetapi memerlukan analisis yang lebih mendalam.
Menggali Kebijaksanaan Melalui Ketidaktahuan
Salah satu prinsip dasar filsafat Socratic adalah "Saya hanya tahu bahwa saya tidak tahu apa-apa." Pernyataan ini menggambarkan kesadaran akan keterbatasan pengetahuan manusia. Bagi Socrates, pengakuan atas ketidaktahuan adalah langkah awal menuju kebijaksanaan sejati. Dalam proses tanya-jawab, ia berusaha mengungkap kebijaksanaan yang tersembunyi di balik asumsi dan pengetahuan palsu yang sering dimiliki oleh orang-orang.
Kebanyakan orang percaya bahwa mereka sudah memahami konsep-konsep seperti keadilan, kebajikan, dan keberanian. Namun, Socrates menunjukkan bahwa pemahaman tersebut sering kali dangkal dan didasarkan pada asumsi yang tidak teruji. Dengan mempertanyakan konsep-konsep ini secara mendalam, Socrates mendorong orang untuk merefleksikan kembali apa yang mereka anggap benar dan berupaya mencari kebenaran yang lebih mendasar.
Kebenaran Moral sebagai Hasil Dialog
Socrates meyakini bahwa kebenaran moral tidak bisa ditemukan secara individu, melainkan melalui dialog antara individu-individu yang saling mempertanyakan keyakinan satu sama lain. Dialog, bagi Socrates, adalah jalan untuk memahami prinsip-prinsip moral yang universal. Proses ini memungkinkan individu untuk menghindari dogma dan pandangan yang sempit, serta mendorong pengembangan kebijaksanaan yang didasarkan pada pemahaman kolektif.
Pendekatan Socratic terhadap etika ini sangat relevan dalam konteks modern, di mana perdebatan tentang nilai-nilai moral sering kali terjadi di media sosial, ruang akademis, maupun politik. Proses dialog yang kritis dan terbuka memungkinkan kita untuk menemukan kebenaran moral yang lebih solid dan menghindari sikap yang terlalu cepat menghakimi.