Alexander Agung dan Taktik Perangnya: Revolusi Militer atau Kebrutalan Murni?
- Handoko/Istimewa
Jakarta, WISATA - Alexander Agung, yang dikenal sebagai salah satu jenderal terbesar dalam sejarah, sering dipuji karena taktik perangnya yang cemerlang. Namun, meskipun ia berhasil menciptakan kerajaan yang luas dan tak tertandingi, banyak yang mempertanyakan metode yang ia gunakan untuk mencapai kesuksesannya. Apakah taktik militernya merupakan revolusi strategis yang jenius, atau hanya sekadar kebrutalan yang dibalut kecerdasan militer? Artikel ini akan membahas taktik perang Alexander Agung dari dua sudut pandang: inovasi strategisnya dan kekerasan yang mengiringi kampanye penaklukannya.
Inovasi Militer Alexander: Revolusi Strategis
Saat membahas taktik militer Alexander, kita tidak bisa mengabaikan keberhasilan luar biasa yang ia capai dalam waktu singkat. Salah satu kunci dari kesuksesan militernya adalah pengembangan taktik yang revolusioner. Ia menggunakan formasi falanks Makedonia, sebuah inovasi yang ia warisi dari ayahnya, Philip II. Namun, Alexander menyempurnakan taktik ini dengan memperkenalkan perubahan strategis yang sangat signifikan.
Falanks Makedonia menggunakan tombak panjang yang dikenal sebagai sarissa, yang memungkinkan pasukan Alexander untuk menyerang musuh dari jarak yang lebih aman, memberikan keunggulan yang signifikan dalam pertempuran. Namun, kejeniusan Alexander tidak hanya terletak pada penggunaan falanks. Ia juga memperkenalkan manuver yang lebih fleksibel dan dinamis. Pasukan kavaleri, yang dipimpin langsung oleh Alexander, sering digunakan untuk melakukan serangan sayap yang menghancurkan dan mengejutkan lawan.
Contoh dari kejeniusan ini dapat dilihat dalam Pertempuran Gaugamela pada tahun 331 SM, di mana Alexander menggunakan strategi yang sangat taktis untuk mengalahkan pasukan Persia yang jauh lebih besar. Dengan taktik yang terencana dan penggunaan kavaleri yang cerdik, Alexander berhasil mengepung pasukan Darius III dan memenangkan pertempuran besar ini.
Kekerasan dan Kebrutalan dalam Penaklukan
Namun, di balik taktik militer yang revolusioner, tidak bisa dipungkiri bahwa penaklukan Alexander juga diwarnai dengan kebrutalan. Di banyak kota yang ia taklukkan, Alexander tidak segan-segan untuk menggunakan kekerasan ekstrem sebagai alat untuk menanamkan ketakutan dan menegaskan dominasinya. Penjarahan, pembantaian, dan penghancuran kota adalah hal yang sering terjadi dalam kampanyenya.