Alexander Agung: Jenderal Tak Terkalahkan atau Tiran Berdarah Dingin?

Alexander Agung di Tengah Pasukan
Sumber :
  • Handoko/Istimewa

Warisan Alexander Agung: Jenius atau Tiran?

Setelah kematian Alexander pada tahun 323 SM di Babilonia, kekaisarannya yang luas dengan cepat runtuh karena ketidakmampuan para penerusnya untuk mempertahankan kendali. Meski demikian, warisan Alexander tetap abadi. Ia mendirikan banyak kota, termasuk kota Aleksandria di Mesir, yang menjadi pusat kebudayaan dan pembelajaran selama berabad-abad. Pengaruh Hellenistik yang ia sebarkan juga membentuk dunia Mediterania dan Timur Tengah selama berabad-abad setelah kematiannya.

Di sisi lain, tindakan Alexander yang brutal selama kampanye militernya menimbulkan pertanyaan tentang moralitasnya sebagai pemimpin. Apakah ia benar-benar layak disebut sebagai "Agung" jika kemenangannya diraih dengan begitu banyak pertumpahan darah?

Alexander Agung memang tidak diragukan lagi adalah salah satu jenderal terbesar dalam sejarah. Namun, apakah ia adalah seorang pemimpin yang bijaksana atau seorang tiran berdarah dingin, tetap menjadi bahan diskusi. Warisan yang ia tinggalkan menunjukkan campuran antara kejayaan dan kehancuran, yang hanya menambah kerumitan dalam menilai sosoknya. Dalam perdebatan ini, mungkin jawabannya terletak di tengah-tengah; Alexander adalah kombinasi dari jenderal tak terkalahkan dan tiran berdarah dingin yang ambisinya mengubah dunia.