SOLO TEMPO DOELOE: Ceritaku tentang Gembukan dan Janggelut

Gembukan dan Janggelut
Sumber :
  • FB: Solo Tempo Doeloe

Solo, WISATA – Kemajuan teknologi memungkinkan publik untuk bisa berinteraksi tentang banyak hal serta dengan semua kalangan.

Teknologi pula yang akhirnya menghilangkan sekat perbedaan, diantaranya bernama lokasi, etnis, kepercayaan, tingkat pendidikan.

Media sosial adalah salah satu media baru yang lahir sebagai wujud nyata kemajuan teknologi tersebut.

Facebook, salah satunya.

Di media sosial yang satu ini, ada sebuah grup publik berjudul Solo Tempo Doeloe.

Grup ini dibuat bagi siapapun yang punya kenangan indah tentang kota Solo dan sekitarnya (Soloraya/eks Karesidenan Solo), masa-masa kecil kita atau masa lalu, baik lokasi, juga sharing foto.

Didirikan 5 tahun lalu atau pada tahun 2019, pada saat tulisan ini dibuat, grup ini sudah memiliki 42.600 anggota.

Banyak anggota menuliskan aneka memorinya tentang kota Solo tercinta ini.

Salah satunya, Adelino Istiyarno yang menulis tentang makanan khas daerah ini, yaitu gembukan dan janggelut.

Begini tulisannya...

Saya tidak sekedar "pamer" makanan djadoel yang sekarang masih eksis yaitu "Janggelutdan Gembukan".

Saya beli janggelut dan gembukan versi mini, di Barat Perempatan Pasar Kembang, tepatnya di depan Apotek "Kondang Waras".

Saya cari di Pasar Kadipolo yang versi normal/besar kok tidak ketemu.

Waktu saya masih kecil dan tinggal di Pasar Beling, setiap pagi mendengar suara, "janggelut-janggelut... gembukan.... onde-onde....".

Makanan ini "diiderke" oleh penjaja baik laki-laki dan perempuan.

Yang perempuan "nyunggi" tampah dan "nggendong" tenggok.

Sedangkan laki-laki "nyunggi" tenggok.

Dagangannya selain yang disebutkan di atas, ada juga untir-untir, kuweh moho, keongan, dll.

Bakul-bakul ini selalu dari arah Utara.

Di mana ya, tempat pembuatannya?

Tempat pembuatannya di kampung Madyotaman, Kel. Punggawan.

Harga jual sudah ditentukan oleh pembuatnya dan para bakul mendapat "fee" dari setiap dagangan yang terjual.

Kemudian tempat pembuatannya tutup dan otomatis tidak ada lagi bakul yang "ider" menjajakan janggelut dan gembukan lagi.

Sekarang ini, gembukan dan janggelut dijual di pinggir jalan dengan menggunakan gerobak.

Sedangkan yang "manggrok", ada di Pasar Gede.

Dulu ada juga di pojok Proliman Balapan, tapi sekarang tidak tahu, apa masih ada yang berjualan.

Mungkin para sedulur tahu tempat-tempat makanan ini dijual, mari kita ber-bincang-bincang lewat tanggapan dan komentar Anda.

Saya tunggu para sedulur. Matur nuwun.

(Sumber:FB:solo tempo doeloe)