Sosrokartono, Kakak Kandung R.A. Kartini: Jurnalis Pejuang Kemerdekaan yang Terlupakan
- Jancokiah
Malang, WISATA - Hari Pers Nasional tahun ini menjadi momen tepat untuk mengenang kembali jasa Raden Mas Panji Sosrokartono, seorang jurnalis, pejuang kemerdekaan, dan kakak kandung R.A. Kartini. Sosoknya sering terlupakan di tengah gemerlap nama-nama pahlawan lainnya, namun perannya dalam dunia jurnalisme dan perjuangan kemerdekaan Indonesia tak dapat dipungkiri.
Masa Kecil dan Pendidikan Sosrokartono
Raden Mas Panji Sosrokartono lahir di Jepara pada tanggal 10 April 1877. Sosrokartono merupakan putra dari Raden Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara, dan Ngasirah. Sosrokartono merupakan kakak kandung dari Raden Adjeng Kartini, pahlawan nasional yang terkenal dengan perjuangannya dalam emansipasi wanita.
Sejak kecil, Sosrokartono menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Ia dikaruniai kemampuan untuk menguasai bahasa dengan mudah. Pada usia 7 tahun, Sosrokartono mulai belajar bahasa Belanda di sekolah dasar khusus anak-anak Eropa di Jepara.
Pendidikan:
- Europeesche Lagere School (ELS): Sosrokartono menyelesaikan pendidikannya di ELS pada tahun 1892.
- Hogere Burgerschool (HBS): Setelah lulus dari ELS, Sosrokartono melanjutkan pendidikannya di HBS Semarang. Di HBS, Sosrokartono mempelajari berbagai ilmu pengetahuan umum dan bahasa, seperti bahasa Belanda, Inggris, Prancis, Jerman, dan Latin.
- Technische Hoogeschool te Delft: Sosrokartono kemudian melanjutkan pendidikannya di Technische Hoogeschool te Delft (sekarang Universitas Teknologi Delft) di Belanda. Di sana, Sosrokartono mempelajari ilmu teknik.
Selama di Belanda, Sosrokartono aktif dalam berbagai organisasi pergerakan nasional, seperti Indische Partij dan Perhimpunan Indonesia. Sosrokartono juga aktif dalam dunia jurnalistik dan menerbitkan berbagai artikel yang kritis terhadap pemerintah kolonial Belanda.
Setelah menyelesaikan pendidikannya di Belanda, Sosrokartono kembali ke tanah air pada tahun 1903. Sosrokartono kemudian bekerja sebagai jurnalis dan aktif dalam berbagai organisasi pergerakan nasional.
Masa kecil dan pendidikan Sosrokartono sangatlah penting dalam membentuk karakter dan pemikirannya. Sosrokartono dikaruniai kecerdasan yang luar biasa dan memiliki semangat juang yang tinggi untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Karir Jurnalistik Sosrokartono yang Cemerlang
Sosrokartono dikenal sebagai jurnalis yang berani dan kritis terhadap pemerintah kolonial Belanda. Ia memulai karir jurnalistiknya di surat kabar De Locomotief di Semarang pada tahun 1901. Di sana, Sosrokartono menunjukkan bakat dan kemampuannya dalam menulis artikel-artikel yang tajam dan kritis.
Perjalanan Karir Jurnalistik Sosrokartono:
- De Locomotief (1901): Sosrokartono memulai karirnya sebagai redaktur dan kontributor di surat kabar De Locomotief di Semarang. Di sana, ia menulis artikel tentang berbagai isu sosial dan politik, termasuk kritik terhadap pemerintah kolonial Belanda.
- Bataviaasch Nieuwsblad (1903-1904): Sosrokartono pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dan bergabung dengan surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad. Di sana, ia menjadi redaktur dan menulis artikel tentang berbagai peristiwa penting, termasuk Kongres Pemuda ke-1 dan ke-2.
- The New York Herald (1904-1905): Sosrokartono mendapat kesempatan untuk meliput Perang Boer di Afrika Selatan sebagai koresponden perang untuk The New York Herald. Pengalamannya ini merupakan pengalaman yang berharga dan membuka matanya terhadap realitas kolonialisme dan imperialisme.
- Oetoesan Hindia (1912-1913): Sosrokartono mendirikan surat kabar Oetoesan Hindia bersama dengan Tjipto Mangoenkoesoemo. Surat kabar ini menjadi corong pergerakan nasional dan sering mengkritik pemerintah kolonial Belanda.
- Soeara Asia (1923-1924): Sosrokartono mendirikan surat kabar Soeara Asia bersama dengan Abdul Moeis. Surat kabar ini berfokus pada isu-isu internasional dan pergerakan kemerdekaan di Asia.
Prestasi dan Pengaruh Sosrokartono dalam Jurnalistik:
- Sosrokartono merupakan salah satu jurnalis pribumi pertama di Indonesia.
- Ia dikenal sebagai jurnalis yang berani dan kritis terhadap pemerintah kolonial Belanda.
- Sosrokartono menggunakan jurnalistik sebagai alat untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
- Ia mendirikan beberapa surat kabar yang menjadi corong pergerakan nasional.
- Sosrokartono telah memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan jurnalistik di Indonesia.
Pada tahun 1903, Sosrokartono pindah ke Batavia (sekarang Jakarta) dan bergabung dengan surat kabar Bataviaasch Nieuwsblad. Di sana, ia mendapat kesempatan untuk meliput berbagai peristiwa penting, termasuk Kongres Pemuda ke-1 dan ke-2. Sosrokartono juga aktif dalam berbagai organisasi pers, seperti Perserikatan Wartawan Hindia Belanda (PWHB) dan Indische Journalisten Bond (IJB).
Karir jurnalistik Sosrokartono yang cemerlang telah memberikan banyak kontribusi bagi bangsa Indonesia. Ia telah menginspirasi banyak jurnalis untuk berani dan kritis dalam menyampaikan kebenaran. Sosrokartono adalah sosok jurnalis yang patut diteladani.
Pengalaman Sosrokartono sebagai Jurnalis Perang yang Mengagumkan
Pada tahun 1904, Sosrokartono mendapat kesempatan emas untuk meliput Perang Boer di Afrika Selatan sebagai koresponden perang untuk The New York Herald. Pengalamannya ini merupakan pengalaman yang berharga dan membuka matanya terhadap realitas kolonialisme dan imperialisme.
Sosrokartono meliput berbagai peristiwa penting dalam Perang Boer, seperti pertempuran Spion Kop dan Ladysmith. Ia juga mewawancarai berbagai tokoh penting, seperti Lord Kitchener dan Jendral Louis Botha. Artikel-artikelnya tentang Perang Boer mendapat banyak perhatian dari pembaca di seluruh dunia.
Kembali ke Tanah Air dan Terus Berjuang
Setelah Perang Boer, Sosrokartono kembali ke tanah air dan terus aktif dalam dunia jurnalisme dan pergerakan nasional. Ia menjadi salah satu pendiri Sarekat Islam dan Partai Nasional Indonesia (PNI). Sosrokartono juga aktif dalam berbagai organisasi pergerakan lainnya, seperti Volksraad (Dewan Rakyat).
Sosrokartono terus menggunakan jurnalistik sebagai alat perjuangannya. Ia menerbitkan berbagai artikel yang membangkitkan semangat nasionalisme dan kesadaran rakyat. Sosrokartono juga aktif dalam berbagai kegiatan politik dan sosial untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
Sosrokartono wafat pada 3 April 1952, meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi bangsa Indonesia. Dedikasi dan semangatnya dalam jurnalistik dan perjuangan kemerdekaan menjadi inspirasi bagi generasi penerus. Sosrokartono merupakan contoh nyata bahwa jurnalis dapat memainkan peran penting dalam membangun bangsa.
Sosrokartono adalah pahlawan yang terlupakan, jurnalis yang berani, pejuang yang gigih, dan intelektual yang luar biasa. Hari Pers Nasional ini, mari kita sejenak mengenang dan menghormati jasa-jasanya.