Jalaluddin Rumi: “Jangan Bersedih. Apa pun yang Hilang Darimu Akan Kembali dalam Bentuk Lain” — Hikmah dalam Kehilangan

- Image Creator/Handoko
Jakarta, WISATA — Dalam kehidupan yang penuh dinamika, kehilangan sering kali menjadi pengalaman yang menyakitkan. Entah itu kehilangan orang yang dicintai, pekerjaan, harapan, atau kesempatan, rasa hampa yang ditinggalkan dapat mengguncang batin siapa pun. Namun, di balik kesedihan itu, Jalaluddin Rumi, penyair dan sufi besar dari Persia, menyampaikan pesan penuh harapan:
“Jangan bersedih. Apa pun yang hilang darimu akan kembali dalam bentuk lain.”
Pesan ini bukan sekadar pelipur lara, melainkan panduan spiritual yang menyentuh jiwa. Rumi mengajarkan bahwa segala sesuatu yang datang dan pergi dalam hidup kita tidak terjadi secara kebetulan. Semua berada dalam kendali Tuhan, dan tidak ada yang benar-benar hilang jika kita mampu melihatnya dari kacamata hikmah.
Makna Kehilangan Menurut Rumi
Jalaluddin Rumi hidup pada abad ke-13 dan dikenal karena puisinya yang mendalam serta ajaran cinta ilahi yang melintasi batas agama dan budaya. Dalam banyak karyanya, Rumi menekankan bahwa kehidupan ini ibarat tarian semesta—di mana setiap pertemuan dan perpisahan adalah bagian dari ritme yang lebih besar.
Kehilangan, menurut Rumi, bukan akhir dari segalanya. Justru dari sanalah proses transformasi dimulai. Sesuatu yang hilang dari hidup kita akan digantikan oleh sesuatu yang lain—mungkin dalam bentuk yang berbeda, namun membawa makna dan manfaat yang setara, atau bahkan lebih besar.
Ia percaya bahwa Tuhan tidak mengambil sesuatu dari hamba-Nya tanpa alasan. Ketika satu pintu tertutup, pintu lain akan terbuka. Ketika satu cinta pergi, cinta lain yang lebih tulus mungkin sedang menanti. Ketika harapan pupus, mungkin ada rencana lebih indah yang sedang disiapkan semesta.
Transformasi dalam Kehidupan
Kehidupan manusia penuh siklus—lahir, tumbuh, belajar, mencinta, kehilangan, bangkit, dan kembali. Dalam semua proses itu, kehilangan menjadi momen refleksi. Ia mengajari kita untuk melepaskan keterikatan, menyadarkan kita bahwa tidak ada yang abadi kecuali kasih Tuhan.
Rumi menyampaikan bahwa rasa sakit dari kehilangan adalah pertanda bahwa kita sedang tumbuh. Ibarat benih yang harus pecah agar tumbuh menjadi pohon, manusia pun harus mengalami “pecah” dalam bentuk kesedihan agar bisa naik ke tingkat kesadaran yang lebih tinggi.
“Jangan bersedih,” kata Rumi, “karena kesedihanmu hari ini bisa menjadi sumber cahaya esok hari.” Kata-kata ini memberi semangat bahwa kesedihan bukan musuh, melainkan jembatan menuju kedewasaan jiwa.
Apa yang Kembali dalam Bentuk Lain
Dalam kehidupan nyata, kita sering mengalami bagaimana kehilangan sesuatu justru membuka peluang baru. Ketika seseorang kehilangan pekerjaan, ia mungkin menemukan jalan menuju bisnis sendiri. Ketika hubungan berakhir, seseorang mungkin justru menemukan cinta yang lebih sehat dan mendalam.
Rumi mengajak kita untuk percaya bahwa Tuhan lebih tahu apa yang kita butuhkan. Sesuatu yang terlihat buruk hari ini, bisa menjadi rahmat yang tertunda. Sesuatu yang hilang hari ini, bisa kembali dalam bentuk kebijaksanaan, ketenangan batin, atau jalan hidup baru yang lebih membahagiakan.
Belajar Melepaskan dan Berserah
Salah satu pesan utama dalam ajaran Rumi adalah pentingnya berserah dan tidak terlalu menggenggam dunia. Dalam puisinya, Rumi menulis bahwa air akan mengalir lebih lancar ketika kita tidak mencoba membendungnya. Begitu pula hidup—akan terasa lebih ringan ketika kita mampu melepaskan.
Melepaskan bukan berarti menyerah. Melepaskan adalah bentuk tertinggi dari keikhlasan dan kepercayaan bahwa Tuhan akan mengganti dengan yang lebih baik. Dalam keheningan dan doa, hati yang remuk akan kembali disatukan dengan cinta yang baru.
Rumi meyakinkan kita bahwa semua kehilangan membawa pelajaran. Bahkan, dalam puing-puing kehidupan, sering kali kita menemukan potongan diri kita yang sejati.
Relevansi di Tengah Krisis dan Ketidakpastian
Di masa modern seperti sekarang, ketika pandemi, konflik, dan ketidakpastian ekonomi menghantui banyak orang, pesan Rumi menjadi sangat relevan. Banyak orang yang kehilangan pekerjaan, orang terkasih, atau rasa aman.
Namun, pesan ini mengingatkan kita untuk tidak putus harapan. Bahwa semua yang terjadi punya maksud. Bahwa setiap kehilangan bisa jadi awal dari fase baru yang lebih baik.
Rumi tidak meminta kita untuk menolak rasa sedih. Justru ia mengajak kita untuk merangkulnya, namun dengan harapan dan kepercayaan penuh kepada rencana Tuhan.
Ucapan Jalaluddin Rumi:
“Jangan bersedih. Apa pun yang hilang darimu akan kembali dalam bentuk lain,”
adalah pelita di tengah kegelapan hati. Ia menuntun kita untuk tidak tenggelam dalam kehilangan, tetapi belajar menyalakan kembali semangat hidup.
Dengan memahami bahwa setiap kehilangan menyimpan rahasia kebaikan, kita dapat menjalani hidup dengan lebih damai, lebih lapang, dan lebih bijak. Sebab dalam kesedihan sekalipun, Tuhan tetap menyisipkan harapan.