Lebih dari Sekadar Alat: Robot di Rumah Sakit Siap Bantu Atasi Krisis Tenaga Kerja!
- Automate.org
Jakarta, WISATA - Selama beberapa tahun terakhir, industri kesehatan di Amerika Serikat menghadapi tantangan serius: kekurangan tenaga kerja yang semakin mengkhawatirkan. Terlebih setelah pandemi 2020, masalah ini kian mendesak. Berdasarkan data American Hospital Association, diperkirakan bahwa pada tahun 2028, akan ada kekurangan sekitar 100.000 pekerja kesehatan. Untuk mengatasi krisis ini, berbagai rumah sakit beralih pada solusi berbasis teknologi, salah satunya dengan pemanfaatan robot untuk menjaga kualitas layanan serta meningkatkan hasil perawatan pasien.
Robot kini menjadi alat penting dalam mendukung tenaga medis dengan menjalankan tugas-tugas yang menguras waktu dan tenaga. Di ruang bedah, misalnya, teknologi seperti Da Vinci Surgical System memungkinkan dokter melakukan operasi invasif minimal dengan akurasi tinggi. Dengan teknologi ini, pasien dapat pulih lebih cepat, luka sayatan lebih kecil, dan rasa sakit berkurang. Keuntungan ini tidak hanya memberikan pengalaman yang lebih nyaman bagi pasien tetapi juga meningkatkan kualitas perawatan secara keseluruhan.
Selain itu, robot juga digunakan dalam perawatan pasien sehari-hari. Dari mengangkat pasien hingga mengantarkan obat, peran robot memungkinkan tenaga medis untuk lebih fokus pada pelayanan langsung kepada pasien. Hal ini terbukti sangat efektif dalam mengurangi kelelahan kerja tenaga kesehatan serta meningkatkan efisiensi operasional di rumah sakit.
Teknologi Da Vinci Surgical System telah mengubah cara operasi dilakukan di berbagai rumah sakit. Lebih dari 10 juta prosedur bedah menggunakan sistem ini telah dilakukan di seluruh dunia. Dari operasi jantung hingga bedah pediatrik, sistem ini memungkinkan dokter melakukan prosedur kompleks dengan risiko komplikasi lebih rendah. Teknologi ini mempertegas bahwa robot hadir bukan untuk menggantikan tenaga medis, tetapi untuk mendukungnya dalam meningkatkan kualitas layanan kesehatan.
Di rumah sakit, robot seperti Moxi dirancang untuk membantu tugas-tugas yang tampaknya sederhana namun menyita banyak waktu. Moxi dapat berjalan secara otonom untuk mengantarkan persediaan medis, obat-obatan, dan sampel laboratorium. Menurut Michigan Health Council, di rumah sakit dengan kapasitas 200 tempat tidur, staf medis berjalan rata-rata 400 mil setiap minggunya hanya untuk tugas-tugas ini. Dengan bantuan Moxi, waktu tersebut dapat dihemat sehingga tenaga medis memiliki lebih banyak waktu untuk melayani pasien.
Seiring meningkatnya adopsi robot, diprediksi bahwa pada tahun 2028, lebih dari 30% rumah sakit di AS akan menggunakan robot dalam operasional sehari-hari. Hal ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antara teknologi dan tenaga medis untuk menciptakan lingkungan kesehatan yang efisien dan berkualitas.